Kemarau panjang menerpa Kaum Madyan, umat dimana Nabi Syu'aib diutus. Tanah tak menumbuhkan tanaman dan buah-buahan, udara terasa panas dan membakar kulit. Saat itu, terlihat kejauhan awan gelap menggelayut dilangit. Istilah sekarang pucuk dicinta ulam tiba, begitulah dugaan mereka. Mereka menghampiri awan itu untuk berteduh sehingga mereka rela bersesak-desakan dibawah awan itu. Dalam pikiran mereka , itu adalah hujan yang bakal mengakhiri penderitaan mereka. Tapi tidak dinyana, ternyata bukan hujan air yang mereka harapkan , melainkan hujan petir yanh menghujani mereka, hingga binasa,
" Kemudian mereka mendustakan Syu;aib, lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesunguhnya azab itu adalah azab hari yang besa." ( QS. Asy Syuura'; 189 ).
Durhaka Kaum Madyan, Durhaka Umat Sekarang
Jenis kedurhakaan apakah hingga membuat kaum Syu'aib terhina begitu nista? Mereka telah mendustakan dakwah Syu'aib dalam dua hal , dakwah tauhid dan larangan curang dalam timbangan, Allah berfirman, "Dan kepada ( penduduk ) Madyan ( Kami utus ) saudara mereka Syu'aib, Ia berkata, " Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada illah yang haq selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan." ( QS. Huud: 84 )
Mestinya , adzab yang menimpa sekaligus sebab yang menimbulkan Kaum Madyan disiksa begitu rupa, menjadi pelajaran bagi kita.
Jika kita renungkan, sedikit banyak, musibah yang kita alami mirip dengan bencana yang menimpa Kaum Madyan. Dan ternyata, ada kesamaan pula dari sisi kebiasaan yang mengundang kemurkaan Allah atas mereka.
Setiap kita telah merasa gerah dengan kemarau panjang, kita pun mengharapkan agar hujan segera turun. Kita menyangka turunnya hujan berarti akhir dari kesulitan. Tapi ternyata, datangnya musim penghujan justru pertanda datangnya banjir, puting beliung, tanah longsor dan musibah lainnya. Ketika kita jenuh dengan luapan air hujan kita pun mengharapkan datangnya musim kemarau, sehingga aktivitas kita kembali normal. namun lagi-lagi kita kecele. Ternyata, kemarau membawa masalah tersendiri yang tidak kita ingini. Jika kita mengaca diri, apa yang menjadi kebiasaan Kaum Madyan ternyata dilestarikan oleh masyarakat kita. Dimana 'thaffaf' ( curang dalam timbangan ) menjadi mata pencaharian unggulan.Meminta lebih ketika membeli, tapi mengurangi timbangan dengan sembunyi ketika menjual. Siapapun tidak mau menjadi korban kecurangan, tapi sayang, justru banyak yang tega menjadikan saudaranya sebagai korban penipuan. Bukankah kita merasa dongkol ketika takaran bensin kita dicurangi, timbangan buah-buahan kita dikibuli? Atau transaksi jual beli kita diakali? Begitupun orang lain juga akan jengkel ketika menjadi korban kecurangan. Jika kemudian doa buruk meluncur dari lisan korban, maka posisi doa yang teraniaya itu tidak dihijabi, Allah akan mengabulkannya. Maka jangan heran, orang yang ingin mencari untung dengan jalan curang tidak akan untung selamanya. Mungkin akan bangkrut , hartanya tidak barokah, atau selalu menghadapi masalah, meskipun terkadang tidak langsung terkait dengan urusan daganganya. Tapi yang jelas, ketika seseorang berbuat buruk kepada orang lain, sesungguhnya ia tengah menyiapkan lobang kebinasaan untuk dirinya sendiri.
Adapun orang yang jujur, menyempurnakan timbangan dan takarannya, maka keberkahan akanmenyelimuti dirinya. Dia akan mendapatkan keuntungan yang datangnya langsung dari Allah Pemberi rejeki, dan inilah keuntungan yang sebenar-benarnya. Seperti nasihat Nabi Syu'aib kepada kaumnya " Sisa ( keuntunga ) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman". ( QS. Huud: 86 ).
Teladan Dalam Jual Beli
Ada teladan yang elok pada diri seorang tabi"in yang alim, abid dan wara.' Kejujuran dan perilaku baiknya kepada orang yang bermuamalah kepada beliau mendatangkan keberkahan tiada tara. Beliau memiliki pegawai yamg turut menjualkan pakaian. Suatu kali, pegawai itu menjual selembar pakaian kepada orang Badwi di Bashsrah dengan harga 10 dirham. Tatkala Yunus kembali ke tokonya dan mengetahui hal itu, beliau menyuruh pegawainya untuk mencari orang Badwi tersebut di tengah pasar. Tatkala ketemu dan datang kepada Yunus, beliau berkata kapadanya,"Sesungguhnya pelayanku ini menjual pakaian kepadamu dengan harga 10 dirham,padahal harganya hanya 7dirham." Orang Badwi itu berkata," Tetapi saya sudah rela pakaian ini dihargai 10dirham." Yunus berkata ,"Akan tetapi kami tidak ridho pakaian itu untuk anda, kecuali jika kami meridhoi harganya, maka terimalah kembaliannya yang 3dirham ini, atau anda kembalikan saja baju tersebut."
Adapun sikap beliau tatkala membeli lebih menakjubkan. Tatkala datang seorang wanita dipasar Khuzz,sedang Yunus dalam keadaan berdagang,wanita tersebut membawa jubahjubah Khuzz untuk dijual, dia menawarkan kepada Yunus, lalu beliau bertanya,"Dengan harga berapa anda hendak menjualnya? "Wanita itu berkata ,"Bagaimana jika 600dirham" Yunus menjawab,"masih terlalu bagus untuk harga sekian." Yunus terus menambah harga hingga beliau membelinya dengan harga 1000dirham!
Beliau tidak memanfaatkan kelengahan wanita yang menjual jubah tersebut, beliau menghargai barang tersebut dengan harga yang pantas dengan kualitasnya, Karena beliau suka memperlakukan saudaranya dengan sesuatu yang beliau suka diperlakukan seperti itu. Anda berani mencoba!!!!!! (ar-risalah-Abu Umar Abdillah )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar